,

Webinar Series Mental Health ; Pengelolaan Kesehatan Mental Berbasis Komunitas

Webinar Series Mental Health kembali diselenggarakan oleh Pusat KPMAK FKKMK UGM pada hari Kamis, 9 September 2021 dengan mengangkat tema “Pengelolaan Kesehatan Mental Berbasis Komunitas”. Acara diawali dengan sambutan Dekan FKKMK UGM, yaitu Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D. dan dilanjutkan dengan sambutan oleh Ketua Pusat KPMAK FKKMK UGM, yaitu Dr. Diah Ayu Puspandari, Apt., MBA., MKes. Seri webinar kali ini menghadirkan dr. Azimatul Karimah, SpKJ(K) (Psikiater Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soetomo Surabaya) dan Bapak Bagus Utomo  (Pendiri dan Ketua Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia), serta dimoderatori oleh Dr. dr. Hervita Diatri, SpKJ(K) (Kepala Divisi Pisikiatri Komunitas, Departemen Psikiatri Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo Universitas Indonesia).

dr. Azimatul Karimah, SpKJ(K) memaparkan materi berjudul “Peran Masyarakat dalam Upaya Kesehatan Jiwa”. Beliau megawali topik dengan mengangkat isu kesehatan jiwa baik tingkat global maupun nasional berbasis data, kemudian memaparkan perubahan paradigma dalam kesehatan jiwa yang telah diperkenalkan oleh WHO. Pelayanan kesehatan jiwa saat ini telah beralih menjadi perawatan kesehatan jiwa integratif yang bertujuan untuk pemulihan personal dengan memperhatikan pasien secara manusia seutuhnya. Perawatan dalam layanan kesehatan jiwa integratif dilakukan dengan intervensi psikososial dan terapi yang diberikan tidak hanya obat, tetapi juga edukasi, informasi, dan kesadaran. Pada pelayanan kesehatan jiwa integratif juga upaya promotif dan preventif diupayakan lebih gencar. Pelayanan kesehatan jiwa integratif sangat membutuhkan peran serta komunitas, meliputi perawat, tenaga kesehatan lain, dosen, pendeta, tokoh agama, tokoh masyarakat, profesional, konselor, maupun orang awam yang terlatih. Adanya pelayanan kesehatan jiwa terintegratif berbasis komunitas mampu menyediakan perawatan kesehatan jiwa menjadi lebih dekat dengan pasien, serta menggunakan kebutuhan pelayanan untuk memposisikan pasien berada pada center perawatan. Program pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat terbagi atas program promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Beberapa kegiatan promosi kesehatan jiwa di Kota Surabaya adalah edukasi secara kopdar, maupun dengan media sosial. Upaya preventif yang pernah dilakukan di Kota Surabaya adalah kegiatan skrining berupa deteksi dini yang bekerja sama dengan dokter muda dan bidan desa untuk mendeteksi adanya postnatal depression. Sedangkan layanan kuratif berbasis komunitas yang pernah dilakukan adalah kunjungan ke Puskesmas Licin, Banyuwangi untuk melakukan program-program kesehatan jiwa bersama guna upayakan kegiatan rehabilitasi. Berbagai upaya kesehatan jiwa berbasis komunitas lainnya juga pernah dilakukan oleh Kota Surabaya. Pada akhir pemaparannya, dr. Azimatul Karimah, SpKJ(K) menyimpulkan bahwa pengelolaan kesehatan jiwa membutuhkan peran serta semua pemangku kepentingan dan semua lapisan masyarakat baik di tingkat desa, kecamatan, kabupaten, maupun provinsi secara aktif. Upaya kesehatan jiwa juga membutuhkan kerjasama lintas profesi dan potensi yang ada di lingkungan juga perlu dikembangkan dengan berbagai model pelayanan kesehatan komunitas.

Pemaparan kedua disampaikan oleh Bapak Bagus Utomo yang merupakan pendiri dan Ketua Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI). Bapak Bagus Utomo menyampaikan topik “Pengembangan Layanan Kesehatan Jiwa di Komunitas – Perspektif Pasien dan Keluarga”. Beliau menyebutkan bahwa komponen komunitas yang utama adalah keluarga dan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dan masyarakat yang peduli kesehatan jiwa. Bapak Bagus meyampaikan beberapa hal yang dibutuhkan oleh orang dengan skizofrenia (ODS) dalam pelayanan kesehatan jiwa, diantaranya adalah sarana sosialisasi, informasi tentang gejala penyakit beserta pengelolaannya, peluang pekerjaan, dukungan sosial, serta keja sosial. Beliau juga menyampaikan hal yang dibutuhkan oleh caregiver ODGJ, diantaranya adalah informasi tentang gejala penyakit dan pengelolaannya, dukungan sosial, lingkungan bebas stigma, dukungan jangka panjang, serta penyaluran energi dengan cara membantu sesama agar tidak merasa gagal mendampingi keluarga sendiri. Beliau juga memaparkan hal yang diharapkan oleh ODGJ kepada Puskesmas, RSUD, rawat paksa, serta RSJ. Dalam akhir pemaparannya, beliau menyimpulkan bahwa hal yang sangat diperlukan adalah edukasi. Selain itu, diperlukan juga kolaborasi antara sektor kesehatan yang mendorong sektor sosial di tingkat pemerintah daerah. Sektor sosial juga harus mendorong sektor kesehatan agar Puskesmas dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan jiwa, menyediakan obat jiwa, dan mampu merespon kondisi kegawatdaruratan jiwa.

Setelah pemaparan materi, webinar dilanjutkan dengan diskusi tanya jawab interaktif. Terakhir moderator, Dr. dr. Hervita Diatri, SpKJ(K) merangkum bahwa skizofrenia tidak mudah jika hanya dipikirkan oleh satu orang. Sebab jika berbicara tentang kesehatan jiwa, perlu juga membicarakan berbagai macam faktor, seperti organisasi masyararakat, komunitas konsumer, keluarga pasien, dan institusi pendidikan. Untuk mencapai keseluruhan pelayanan jiwa integratif, diperlukan pemahaman tentang pengetahuan; program yang efektif (cost effective) dan berbasis kebutuhan; kebutuhan semua orang yang terlibat; menjadi program (investasi) skala nasional; serta memiliki payung regulasi yang konkrit, formal, dan berlanjut terus menerus.

 

Materi webinar dapat diunduh di:

https://drive.google.com/folderview?id=1T6IEdE6LSXIR9w2Jx6Pspu9a-eciOQHm 

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published.