Akankah Pesatnya Perkembangan Teknologi Kesehatan Dapat Selaras dengan Kendali Mutu Kendali Biaya dalam Jaminan Kesehatan Nasional?

Teknologi kesehatan diakui memang dapat meningkatkan status kesehatan, akses terhadap layanan, bahkan harapan hidup. Namun dari sisi yang lain, teknologi kesehatan membutuhkan biaya yang cukup tinggi sebagai harga yang harus dibayarkan oleh pengguna, dalam hal ini masyarakat, asuransi, maupun pemerintah. Ribuan teknologi kesehatan baru diproduksi di Amerika Serikat tiap tahunnya, dan sebagian besar berbiaya tinggi. Teknologi baru tersebut berupa alat yang dapat meningkatkan pelayanan kesehatan pasien melalui life-saving therapy, alat-alat intensive care, pereda nyeri, dan perbaikan kecacatan ( adalah semua jenis intervensi yang digunakan dalam bidang kedokteran/kesehatan untuk tujuan promotif, preventif, skrining penegakan diagnosis, pengobatan, rehabilitasi, dan perawatan jangka panjang. Berdasarkan definisi tersebut, lingkup teknologi kesehatan sangatlah luas tidak hanya terbatas pada alat kesehatan ataupun obat saja (Kemenkes, 2017).

 

Mahalnya teknologi kesehatan baru sering kali menimbulkan issue tersendiri bagi pembuat kebijakan yang cenderung untuk melakukan kendali biaya, serta bagi pemberi pelayanan kesehatan dan masyarakat yang mempunyai kebutuhan untuk menggunakan teknologi tersebut. Belum lagi bagi pembayar yang harus memastikan layanan yang dibelinya telah tepat sasaran, bermutu tinggi, aman, dan efisien. Dana yang tersedia untuk pembiayaan kesehatan untuk masyarakat/peserta terbatas, sehingga teknologi kesehatan baru yang sangat pesat ini tidak dapat semuanya dibeli oleh pembayar, dalam hal ini BPJS Kesehatan.

 

Masa pandemi Covid-19, ilmu-ilmuan melakukan inovasi untuk menciptakan teknologi kesehatan baru sebagai respon mengatasi pandemi. Berbagai macam teknologi baru telah dihasilkan, salah satunya yaitu alat deteksi Covid-19. Tim peneliti UGM berhasil menciptakan teknologi deteksi Covid-19 yang baru bernama GeNose. Cara kerja GeNose yaitu mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC) dari virus corona. Biaya deteksi Covid-19 menggunakan GeNose dinilai cukup terjangkau dibandingkan dengan metode deteksi lain, yaitu sekitar Rp 15.000 hingga Rp 20.000.

 

Berdasarkan latar belakang tersebut penting diadakan seminar yang membahas mengenai pesatnya teknologi baru dan strategi BPJS Kesehatan dalam kendali mutu kendali biaya guna meresponnya. Selain itu penting juga untuk dibahas perkembangan alat diagnostic Covid-19 beserta dengan bagaimana implementasinya, mengingat tim peneliti UGM telah menciptakan alat diagnostic Covid-19 yang efisien.

  1. Tujuan

Tujuan diadakannya seminar “Akankah Pesatnya Perkembangan Teknologi Kesehatan Dapat Selaras dengan Kendali Mutu Kendali Biaya dalam Jaminan Kesehatan Nasional?” adalah sebagai berikut:

  1. Mengetahui peran teknologi kesehatan di era JKN.
  2. Memahami strategi BPJS Kesehatan dalam melakukan kendali mutu kendali biaya ditengah pesatnya kemajuan teknologi yang Sebagian berbiaya mahal
  3. Mengetahui macam-macam alat screening dan diagnostic Covid-19 termasuk akuransinya
  4. Mengetahui proses penciptaan, uji sensitivitas, dan cara kerja GeNose

Materi :

Strategi BPJS Kesehatan Guna Menjamin Kendali Mutu Kendali Biaya di Tengah Pesatnya Teknologi Kesehatan Baru Berbiaya Tinggi. Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D

(Direktur Utama BPJS Kesehatan)

Perkembangan Teknologi diagnostik COVID-19 dan implementasinya di Indonesia: Proses Penciptaan, Cara Kerja, Sensitivitas GeNose dr. Dian Kesumapramudya Nurputra, M.Sc, Sp.A, Ph.D

 

 

untuk download materi bisa klik berikut : https://drive.google.com/drive/folders/1zCfMWDXoGDd4jMNXY9pAtWw8SD6IDDEK?usp=sharing

 

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published.