RILIS BERITA

ABSTRACT

Background: In 2003 Province of Yogyakarta Special Territory was chosen as one of pilot projects of health care insurance for poor family using social health insurance approach. The result of observation shows there is variation among hospitals serving poor families at Yogyakarta Special Territory. Panembahan Senopati Hospital of Bantul and Wates Hospital are hospitals serving biggest number of poor families at Yogyakarta Special Territory.

Objective: To identify variation of health cost for poor family at Panembahan Senopati and Wates Hospital and components of greatest cost in their service.

Method: This was a descriptive study. Data used were secondary data from recapitulation of health cost of poor family patients hospitalized at Panembahan Senopati and Wates Hospital in 2004 with service for poor family as analysis unit.

Result: Average length of care for cases of partus, acute gastroenteritis and febris was relatively the same, about 4 – 5 days. However, average of typhoid case at Panembahan Senopati Hospital was longer (6.53 days) than at Wates Hospital (4.65 days). Average cost of service at Panembahan Senopati Hospital  was higher and only average cost of febris case was relatively the same. Average cost of service at Panembahan Senopati Hospital for partus case was as much as Rp 859,312.63, acute gastroenteritis was Rp 674,332.58 and typhoid was Rp 959,312.63, whereas at Wates Hospital average cost for partus case was as much as Rp 441,804.22, acute gastroenteritis was Rp 376,754.03 and typhoid was Rp 390,589.71. Average component of health service cost for poor family at Panembahan Senopati Hospital was higher than at Wates Hospital. Difference cost of accomodation and drugs was twofold, difference cost of medical service was threefold and cost of medical treatment was fivefold.

Conclusion: Cost of health service at Panembahan Senopati Hospital of Bantul was higher than at Wates Hospital, particularly cost used for medical support and treatment.

Download Abstrak

Dr. Diah Ayu Puspandari Apt. M.Kes.,MBA memaparkan hasil kajian Budget Impact Analysis for Schyzophrenia pada Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia ke VIII, di Semarang 25-26 Agustus 2016 yang mengangkat topik “New Challenges in Psychiatric Care in ASEAN Economic Community”

Fungsi Sistem Pembiayaan Kesehatan Dalam Sistem Kesehatan

Source: Carrin G and James C, 2004

Desain Utama dalam Pembiayaan Kesehatan

Fungsi pembiayaan kesehatan merupakan sebuah fungsi penting dalam sebuah sistem kesehatan, dalam fungsi pembiayaan kesehatan ada 3 fungsi penting yang berperan yaitu: revenue collectionpooling dan purchasing. Pada artikel kali ini akan dijelaskan teori ideal fungsi pembiayaan kesehatan dari sebuah sistem dengan skema asuransi kesehatan social (social health insurance)

  1. Revenue Collection

Revenue collection atau sumber pembiayaan dapat didefinisikan sebagai proses dimana sebuah sistem kesehatan menerima uang baik dari rumah tangga, perusahaan, pemerintah dan organisasi lainnya, dalam hal ini termasuk donor. Hal ini tidak hanya terkait dengan menjamin ketersediaan sumber daya (dana), namun juga bagaimana target dari aksesibilitas keuangan universal dari pelayanan kesehatan tercapai. Hal ini karena cara pendapatan (revenue) dikumpulkan mempengaruhi aksesibilitas keuangan. Masalah desain utama pada pengumpulan pendapatan adalah cakupan populasi dan metode pembiayaan. (Norman & Weber, 2009)

Berikut Komponen Metode Pembiayaan:

  • Level dan Jenis Pendanaan

Jenis Pendanaan harus menghasilkan sumber dana yang memadai dan berkelanjutan, sehingga sistem pembiayaan dapat beroperasi dengan efektif.

  • Progresivitas dan solidaritas

Pilar Penting dari sistem pembiayaan kesehatan terutama bagi skema social health insurance yaitu pada aspek progresivitas dan solidaritas, aspek ini berkaitan dengan kontribusi berdasarkan kemampuan membayar (Ability to pay) masyarakat/peserta, dan hal ini dapat dicapai dengan sistem pembayaran berdasarkan income/pendapatan, bukan berdasarkan premi flat yang regresif.

  • Risk Protection

Untuk meningkatkan dalam sistem pembiayaan kesehatan, harus memastikan metode pembiayaan yang memiliki perlindungan finansial yang memadai terhadap biaya pelayanan kesehatan.

Tingkat prepayment harus tinggi dan jumlah rumah tangga yang mengalami pengeluaran kesehatan katastrofik harus mendekati nol (0).

  • Cakupan Populasi

Jika suatu Negara telah memilih sistem Social Health Insurance dalam mencapai universal health coverage. Isu permasalahannya terletak pada bagaimana cakupan populasi pada asuransi kesehatan sosial tersebut. Kenaikan persentase cakupan yang lebih besar akan terjadi seiring dengan berjalannya waktu dengan semakin baik kinerja pelayanan dan terciptanya kesetaraan (equity) dalam pelayanan kesehatan.

  1. Pooling (sharing the risk)

Pooling atau penyebaran risiko merupakan akumulasi dan manajemen sumber pendanaan untuk membatasi pembayaran oleh individu pada pelayanan kesehatan. Diharapkan dengan adanya mekanisme pooling yang baik dan luas sehingga individu tidak lagi menanggung risiko mereka sendiri.

  1. Purchasing

Purchasing merupakan sebuah proses dimana kontribusi yang telah dikumpulkan digunakan untuk membayar penyedia pelayanan kesehatan berdasarkan satu set pelayanan kesehatan yang diberikan. Purchasing bisa secara pasif atau strategik, pembelian pasif hanya mengikuti anggaran yang telah ditentukan atau membayar tagihan ketika tagihan diberikan.  Pembelian strategik lebih menjadi pilihan, karena melibatkan pencarian yang terus menerus untuk mendapatkan metode pembelian dan penyedia pelayanan kesehatan terbaik. Masalah desain utama dalam pembelian adalah pada paket manfaat, organisasi penyedia jasa, mekanisme pembayaran penyedia pelayanan dan efisiensi operasional/administrasi. (Norman & Weber, 2009)

Berikut E-Book yang menjelaskan lebih rinci mengenai fungsi sistem pembiayaan pada sistem kesehatan dengan skema social health insurance. Silahkan Klik disini untuk mendownload