Expert Panel for Budget Impact Analysis of Advance Stage of NonSmall Cell Lung Cancer (NSCLC) Therapy in Indonesia
Kanker paru-paru merupakan jenis kanker yang paling sering terdiagnosis menurut WHO dan insidensinya terus meningkat. Pada tahun 2012, ada sekitar 1.8 juta kasus baru kanker paru-paru terdiagnosis di seluruh dunia. Angka ini merupakan 13% dari beban kanker di seluruh dunia dan menyebabkan sekitar 1.59 juta kematian di tahun yang sama.
Di Indonesia, insidensi kanker paruparu pada laki-laki dan perempuan diperkirakan sekitar 16,000 dan 9,000 per tahunnya dengan angka kematian sekitar 30 per 100,000 laki-laki dan 10 per 100,000 perempuan (WHO, 2012). Sekitar 85% kanker paru-paru merupakan NSCLC. Selain itu, sebagian besar kanker paru-paru terdiagnosis pada stadium akhir.
Pada pasien NSCLC dengan stadium IIIB dan IV, terapi yang biasa ditawarkan adalah kemoterapi dengan operasi sebagai pilihan. Radiasi merupakan pilihan terapi bagi pasien yang tidak dapat menjalani operasi.
Selain pilihan terapi tersebut, imunoterapi disebut merupakan terapi yang cukup menjanjikan, terutama bagi pasien kanker dengan stadium lanjut dan tidak responsif terhadap terapi sebelumnya. Efikasi dan keamanan jenis terapi ini telah dibuktikan di antaranya pada pasien dengan melanoma (Robert, 2015), kanker paru-paru (Borghei, 2015; Garon, 2015) dan karsinoma sel ginjal (RCC) (Motter, 2015) yang menunjukkan peningkatkan pada overall survival (OS) pasien dan toleransi yang baik dibandingkan terapi standard.
Salah satu imunoterapi yang digunakan pada pasien dengan NSCLC stadium lanjut adalah Pembrolizumab, yang mana pada uji klinis fase II/III menunjukkan bahwa pasien dengan Tumour Proportion Score (TPS) ≥50% yang diterapi dengan Pembrolizumab 2 mg/kg setiap 3 minggu memiliki OS yang lebih baik dibandingkan pasien yang diterapi dengan Docetaxel.
Selain itu pasien dengan Pemrolizumab memiliki progression-free survival lebih lama dibandingkan pasien dengan Docetaxel dengan efek samping derajat 3-5 yang juga lebih rendah.
Selain meningkatkan survival,studi di AS menunjukkan pasien dengan Pembrolizumab menunjukkan kualitas hidup (QALY) yang lebih tinggi pada pasien NSCLC stadium lanjut. Sementara di Indonesia belum ada rekomendasi untuk penggunaan imunoterapi untuk pasien NSCLC dengan stadium lanjut.
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan komitmen pemerintah dalam memberikan perlindungan keuangan bagi seluruh penduduk. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa obat yang dibutuhkan dapat diakses terutama ketika penyakit serius seperti NSCLC yang dipertaruhkan.
Sampai saat ini, studi terkait Budget Impact Analysis untuk layanan pengobatan NSCLC stadium lanjut di Indonesia masih sangat kurang. Oleh karena itu, Pusat Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan (Pusat KPMAK) Fakultas Kedokteran UGM menganggap penting kajian Budget Impact Analysis terhadap layanan penyakit NSCLC stadium lanjut, yang akan dihubungkan dengan progran Jaminan Kesehatan Nasional.
Salah satu metode yang akan dilakukan adalah melalui expert panel yang selama ini sudah bergelut dengan pengelolaan pasien NSCLC stadium lanjut.
Pada 28 Agustus 2017 di Swiss-bell Hotel, Yogyakarta Pusat KP-MAK menyelenggarakan “Expert Panel for Budget Impact Analysis of Advance Stage of NonSmall Cell Lung Cancer (NSCLC) Therapy in Indonesia”. Pertemuan ini bertujuan untuk mendapatkan masukan penting dari ahli dalam rangka pengembangan Model Budget Impact Analysis untuk pengobatan NSCLC stadium lanjut di Indonesia terutama dalam analisis biaya terkait dengan penggunaan kemoterapi dan imunoterapi pada pasien NSCLC stadium lanjut di Indonesia.
Pertemuan ini dihadiri oleh ahli dari berbagai rumah sakit di Indonesia dan peneliti-peneliti Pusat KP-MAK FK UGM antara lain: Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc, Ph.D, dr. Sita Laksmi Andarini, Sp.P (RSUP Persahabatan -Jakarta), dr. Laksmi Wulandari, Sp.P (RSUD Dr. Soetomo –Surabaya), dr. Suryanti Dwi Pratiwi, Sp.P (RSUD Dr Saiful Anwar –Malang), dr. Kartika, Sp.PD KHOM (RSUP Dr. Sardjito – Yogyakarta), Dr. Diah Ayu Puspandari, Apt., MBA, M.Kes (Pusat KPMAK FKUGM), Tri Murti Andayani, Sp FRS., PhD., Apt (Pusat KPMAK FKUGM), Muttaqien, MPH, AAK (Pusat KPMAK FK UGM), dr. Rizki Mahardya, MPH (Pusat KPMAK FK UGM), drg. Agnes Bhakti Pratiwi, MPH (Pusat KPMAK FKUGM), dan dr. Adelia Ulya Rachman, M.Sc (Pusat KPMAK FKUGM).
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!