Yogyakarta, 26 Maret 2025 – Deteksi dini melalui program skrining kesehatan gratis dinilai sebagai langkah strategis untuk menekan prevalensi penyakit kronis di Indonesia. Hal ini mengemuka dalam Seminar Rabuan bertajuk “Skrining Kesehatan Gratis di Layanan Primer: Langkah Awal Pencegahan Penyakit Kronis” yang diselenggarakan pada Rabu (26/3/2025) oleh Program Studi Magister Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (KMK), Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM), bekerja sama dengan Pusat Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan (KPMAK UGM).
Acara yang diselenggarakan secara daring dan disiarkan langsung melalui kanal YouTube Kanal Pengetahuan FKKMK UGM ini menghadirkan sejumlah narasumber utama dari Kementerian Kesehatan dan BPJS Kesehatan, serta pembahas akademisi dari UGM. Diskusi difokuskan pada urgensi skrining di layanan primer sebagai langkah preventif yang tidak hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga mengurangi beban biaya kesehatan negara.
Direktur Tata Kelola Pelayanan Kesehatan Primer Kementerian Kesehatan RI, Roy Himawan, S.Farm., Apt., MKM, mengungkapkan bahwa lonjakan beban biaya untuk penyakit kronis seperti jantung, stroke, dan diabetes telah menguras anggaran BPJS Kesehatan. Oleh karena itu, skrining dini menjadi elemen penting dalam memperkuat layanan primer. Roy menjelaskan bahwa masyarakat masih banyak yang belum memahami perbedaan antara medical check-up (MCU) pribadi dan program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) berbasis layanan JKN. Program PKG disediakan negara dan dapat diakses masyarakat tanpa biaya, selama dilakukan melalui fasilitas layanan kesehatan tingkat pertama yang telah bekerja sama dengan BPJS.
Senada dengan itu, dr. Niyan Lestari dari BPJS Kesehatan Cabang Sleman menyampaikan bahwa hingga kini masih ditemukan banyak kasus prediabetes di komunitas, bahkan di tingkat RT dan RW. Sayangnya, banyak kasus tersebut tidak segera ditangani karena rendahnya kesadaran masyarakat dan belum optimalnya tindak lanjut dari fasilitas kesehatan. Padahal, lanjut Niyan, jika prediabetes tidak ditangani dengan intervensi tepat, pasien berpotensi berkembang menjadi penderita diabetes kronis yang membutuhkan pengobatan seumur hidup. Inilah yang membuat pentingnya deteksi dini melalui PKG, karena intervensi pada tahap awal dapat menunda bahkan mencegah komplikasi penyakit serius yang berbiaya tinggi.
Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc., Ph.D, Guru Besar FKKMK UGM yang membuka seminar tersebut, menyampaikan bahwa layanan kesehatan nasional akan sulit berkelanjutan jika hanya berfokus pada pengobatan penyakit berat. “Tanpa pencegahan, sistem akan terus bocor,” tegasnya. Ia menekankan bahwa PKG harus terintegrasi penuh dalam skema pembiayaan JKN, agar dapat menjadi alat preventif yang tidak hanya formal, tapi juga berdampak secara nyata.
Dua pembahas akademik, yakni dr. Likke Prawidya Putri, MPH, Ph.D dan dr. Vicka Oktaria, MPH, Ph.D, menyoroti aspek kelembagaan dan sistem pendukung. Mereka menegaskan perlunya integrasi data hasil skrining dengan sistem informasi kesehatan nasional, agar tindak lanjut pasien bisa dilakukan dengan pendekatan sistematis. Selain itu, mereka menyebut bahwa tantangan terbesar bukan pada alat atau tenaga, melainkan pada peran pemerintah daerah sebagai pelaksana langsung di lapangan.
Dalam seminar ini, peran pemerintah daerah menjadi sorotan penting, karena keberhasilan program PKG sangat bergantung pada dukungan anggaran, pelatihan tenaga, dan sosialisasi kepada masyarakat. Pemerintah pusat telah mulai memperkuat koordinasi lintas kementerian, termasuk dengan Kementerian Dalam Negeri, untuk mendorong keterlibatan aktif para kepala daerah. Bahkan, Kementerian Kesehatan tengah menyiapkan Instruksi Presiden yang mengatur pelaksanaan PKG lintas sektor.
Seminar ini dipandu oleh dr. Diah Ayu Pratiwi, Apt., MBA., M.Kes., AAK, dan diikuti ratusan peserta dari berbagai kalangan, termasuk akademisi, tenaga kesehatan, dan pengambil kebijakan daerah. Acara juga menjadi ruang diskusi penting mengenai strategi penguatan layanan primer di tengah tekanan pembiayaan kesehatan nasional.
Melalui seminar ini, UGM menegaskan komitmennya dalam mendukung transformasi sistem kesehatan Indonesia melalui edukasi, kolaborasi kebijakan, dan inovasi layanan