Ribociclib dan Letrozole: Harapan Baru bagi Pasien Kanker Payudara Lanjut di Indonesia
Kanker payudara, khususnya pada stadium lanjut atau metastasis, tetap menjadi salah satu tantangan kesehatan terbesar bagi wanita di Indonesia. Data Globocan 2020 menunjukkan bahwa kanker payudara menyumbang 16,6% dari seluruh kasus kanker baru dan 9,6% dari total kematian akibat kanker di negara ini. Mengingat tingginya beban penyakit ini, pencarian terapi yang efektif dan terjangkau menjadi sangat krusial.
Terapi kombinasi Ribociclib dan Letrozole telah muncul sebagai salah satu pilihan pengobatan yang menjanjikan untuk kanker payudara lanjut. Ribociclib, sebuah inhibitor CDK4/6, bekerja dengan menghambat pertumbuhan sel kanker, sementara Letrozole, sebuah inhibitor aromatase, mengurangi produksi estrogen yang dapat memicu pertumbuhan tumor. Namun, terapi kombinasi ini memiliki biaya yang lebih tinggi dibandingkan terapi standar, menimbulkan pertanyaan tentang nilai tambah yang diberikannya.
Untuk menjawab pertanyaan ini, sebuah studi evaluasi teknologi kesehatan (HTA) yang komprehensif dilakukan di Indonesia. Studi ini tidak hanya mengevaluasi efektivitas klinis terapi kombinasi ini, tetapi juga dampaknya terhadap kualitas hidup pasien dan biaya dari perspektif masyarakat. Yang membedakan studi ini adalah penggunaan data langsung dari pasien Indonesia, sehingga hasilnya lebih relevan dengan konteks lokal.
Hasil studi menunjukkan bahwa kombinasi Ribociclib dan Letrozole memberikan manfaat yang signifikan bagi pasien kanker payudara lanjut. Terapi ini memperpanjang overall survival pasien hingga mencapai 63,9 bulan, dibandingkan dengan 51,4 bulan pada terapi standar, menunjukkan peningkatan harapan hidup yang cukup besar. Selain itu, progression-free survival juga meningkat secara signifikan menjadi 25,3 bulan, berbanding 16 bulan pada terapi standar, yang berarti pasien dapat hidup lebih lama tanpa mengalami perkembangan penyakit.
Tidak hanya itu, terapi kombinasi ini juga memberikan dampak positif terhadap kualitas hidup pasien. Skor utilitas, yang mengukur kualitas hidup secara keseluruhan, lebih tinggi pada pasien yang menerima terapi kombinasi dibandingkan dengan terapi standar. Hal ini menunjukkan bahwa pasien mengalami peningkatan kesejahteraan dan kepuasan hidup meskipun sedang menjalani pengobatan kanker.
Analisis cost-effectiveness juga dilakukan untuk mengevaluasi apakah manfaat yang diperoleh sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Meskipun biaya terapi kombinasi ini lebih tinggi, studi menemukan bahwa setiap peningkatan satu tahun hidup berkualitas (QALY) membutuhkan biaya sebesar Rp 223 juta. Angka ini berada di bawah ambang batas yang umum digunakan di Indonesia, menunjukkan bahwa terapi kombinasi ini cost-effective atau hemat biaya.
Secara keseluruhan, studi ini memberikan bukti kuat untuk mendukung penggunaan kombinasi Ribociclib dan Letrozole sebagai pilihan pengobatan yang bernilai bagi pasien kanker payudara lanjut di Indonesia. Temuan ini diharapkan dapat mendorong pengambil kebijakan dan profesional kesehatan untuk meningkatkan akses terhadap terapi inovatif ini, sehingga lebih banyak pasien dapat memperoleh manfaatnya.
Keywords: kanker payudara, health technology assessment, terapi hormonal, SDGs, evaluasi ekonomi
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!