Terapi Profilaksis dan Penanganan Terpadu Hemofilia
FK-UGM. Departemen Kesehatan Anak Sub Bagian Hematologi Onkologi RSUP Dr. Sardjito bekerja sama dengan Universitair Medisch Centrum Utrecht mengadakan kegiatan “Workshop Terapi Profilaksis dan Penanganan Terpadu Hemofilia”, tanggal . 7 – 8 Oktober 2017 di Jogjakarta Plaza Hotel dan di Gedung ICC RSUP Dr. Sardjito. Kegiatan yang juga merupakan hasil kerjasama dengan HMHI Cabang Yogyakarta dan PHTDI Cabang Yogyakarta ini bertujuan untuk memfasilitasi para tenaga kesehatan dan para social worker untuk mengetahui penanganan hemofilia secara komprehensif.
Sekitar 125 peserta yang hadir dalam kegiatan workshop berasal dari profesi dokter, perawat, fisioterapis, dan social workers dari tiga kota besar yaitu Yogyakarta, Solo, dan Semarang. Ketua acara, dr. Pudjo Hagung Widjajanto, Sp.AK, Ph.D menyatakan bahwa penanganan hemofilia yang tepat dan cepat pada penderita hemofilia akan mengurangi kecacatan yang ditimbulkan sehingga pengetahuan tentang hemofilia menjadi perlu diketahui oleh tenaga kesehatan.
“Penyakit hemofilia kan penyakit yang jarang terjadi tetapi bisa fatal. Kemudian itu adalah bagian dari ilmu yang memang sebaiknya dikuasai oleh dokter, sehingga ketika dia berhadapan dengan kasus itu dapat melakukan penanganan yang baik sehingga mengurangi penderitaan individu yang hemofilia” ungkapnya.
Kegiatan workshop dibuka dengan pemaparan dr. Pudjo Hagung Widjajanto, Sp.AK, Ph.D terkait mekanisme kerja dan perkembangan produk AHF (antihemofilia). Kemudian dilanjutkan dengan materi terapi profilaksis pada hemofilia yang disampaikan oleh dr. Evelien Mauser – Bunschouten. Dalam materinya, dr. Evelien mengungkapkan bahwa terapi profilaksis pada hemofilia adalah bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup penderita hemofilia sehingga meningkatkan produktivitas penderita ketika dewasa kelak.
Materi selanjutnya adalah tentang olahraga pada hemofilia yang disampaikan oleh Piet de Kleijn yang berprofesi sebagai fisioterapis dari Universitair Medisch Centrum Utrecht. Materi terakhir adalah mengenai peran social workers pada penanganan hemofilia yang disampaikan oleh RAT Bos. Setelah pemaparan kurang lebih selama dua jam, peserta worskshop difasilitasi untuk diskusi dengan para pembicara. Acara diskusi berlangsung menarik karena antusiasme peserta sangat tinggi dalam mengajukan pertanyaan.
Acara dilanjutkan dengan workshop yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu Workshop A, Workshop B, dan Workshop C. Workshop A tentang rehabilitasi medik untuk fisioterapi, rehabilitasi medik, dan dokter yang difasilitasi oleh dr. Bernita, Sp.RM. Workshop B untuk para pekerja sosial yang diampu oleh Kristina Ririn Kristanti, SST. Workshop C tentang menghitung dosis dan cara menyuntikkan AHF yang diampu oleh dr. Agus Wibowo dan Ns. Zeni Widiastuti, AMK.
Acara kemudian diakhiri dengan penyerahan sertifikat kepada peserta yang terdiri dari sertifikat IDI, PPNI, dan IFI. Acara yang rutin diadakan sejak 5 tahun lalu ini, mendapatkan apresiasi yang sangat baik dari pihak Universitair Medisch Centrum Utrecht dibuktikan dengan kesediaan pihak Universitair Medisch Centrum Utrecht untuk melakukan kerjasama di masa yang akan datang. Tentunya kesempatan ini disambut baik oleh dr. Pudjo Hagung Widjajanto, Sp.AK, Ph.D. Beliau mengatakan bahwa workshop ini nantinya tidak hanya melibatkan tiga kota besar saja tapi akan mencakup seluruh kota di daerah Jawa Tengah.
“Harapannya adalah pengetahuan hemofilia tidak hanya milik Yogyakarta tapi untuk semua. Saya berharap wilayah Jawa Tengah seluruhnya bisa secara mandiri melakukan penanganan hemofilia sehingga pasien akan lebih dimudahkan. Kemudian tahun depan saya bisa mengajak teman – teman penyakit dalam dan teman – teman dokter gigi untuk berpartisipasi” ujarnya.
Worskhop ini tentunya menjadi acuan bagi para tenaga kesehatan maupun non tenaga kesehatan untuk bersama – sama memahami cara penanganan serta penanggulangan hemofilia secara terpadu dan komprehensif. Dengan adanya penanganan yang adekuat serta tepat, diharapkan mampu mengurangi komplikasi yang ditimbulkan sehingga akan meningkatkan kualitas hidup para penderita hemofilia. (Farah/Reporter)